Obesitas berdampak terhadap perkembangan kelamin anak. Tumpukan
jaringan lemak dalam tubuh, menghalangi perkembangan kelamin sesuai
dengan pertambahan usianya. Hal ini berlaku pada anak perempuan maupun
laki-laki.
"Biasanya dampak obesitas pada perkembangan genitalia baru ketahuan pada usia tertentu. Pada anak laki-laki baru ketahuan saat akan disunat. Sementara pada anak perempuan baru ketahuan saat tak juga menstruasi atau jadwal datang bulannya berantakan," kata dokter ahli gizi dari RS Harapan Kita, Laila Hayati, pada seminar media "Masalah Gizi pada Anak Perlu Penanganan Dini" bersama Soho, di Jakarta, Rabu (22/1/2014).
Pada anak laki-laki, obesitas menyebabkan dua jaringan disamping penis membesar. Akibatnya penis anak seperti "tenggelam" dan terlihat lebih kecil. Padahal, kata Laila, mungkin saja sebetulnya tidak ada masalah dengan ukuran penis dan anak bisa disunat.
"Kalau sudah begitu biasanya anak akan diterapi terlebih dulu untuk menurunkan berat badannya. Setelah beratnya stabil dan kandungan lemaknya turun, yang ditandai perubahan bentuk tubuh menjadi seperti anak normal lainnya, maka anak bisa disunat. Pada anak laki-laki sejauh ini tidak ada masalah dengan hormon yang dihasilkan," kata Laila.
Sementara pada anak perempuan, dampak obesitas terjadi pada keseimbangan hormon tubuh. Tumpukan lemak menghambat kerja hormon kewanitaan, seperti estrogen dan progesteron, yang mengakibatkan jadwal menstruasi berantakan. Pada beberapa anak perempuan, obesitas menyebabkan menstruasi tak juga datang kendati usianya sudah mencukupi.
"Pada anak seperti ini, terapi akan menjadikan berat badan mereka ideal. Caranya bisa dengan peningkatan tinggi badan atau pengurangan cadangan lemak. Bila berat badan sudah ideal, maka keseimbangan hormon akan kembali. Akibatnya jadwal mentruasi menjadi lebih tepat waktu dan teratur," kata Laila.
Laila menyarankan, segera deteksi dan terapi obesitas pada anak perempuan. Pasalnya, obesitas pada anak perempuan berisiko menghambat keinginan memiliki keturunan saat dewasa. Banyak kasus menunjukkan, obesitas pada perempuan yang berlanjut hingga dewasa menghambat mereka untuk punya anak. Karenanya, mengobati obesitas menjadi salah satu cara mengatasi hambatan tersebut.
Berkaca dari dampak negatif akibat obesitas ini, Laila menyarankan orangtua sedini mungkin menjaga pola makan buah hatinya. Bila sudah mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI), maka anak sebaiknya sesegera mungkin mengenal dan terbiasa mengonsumsi buah serta sayur. Selain itu, orangtua juga harus mencegah anak dari kecanduan segala asupan tinggi gula, garam, dan lemak yang berisiko menyebabkan obesitas.
"Biasanya dampak obesitas pada perkembangan genitalia baru ketahuan pada usia tertentu. Pada anak laki-laki baru ketahuan saat akan disunat. Sementara pada anak perempuan baru ketahuan saat tak juga menstruasi atau jadwal datang bulannya berantakan," kata dokter ahli gizi dari RS Harapan Kita, Laila Hayati, pada seminar media "Masalah Gizi pada Anak Perlu Penanganan Dini" bersama Soho, di Jakarta, Rabu (22/1/2014).
Pada anak laki-laki, obesitas menyebabkan dua jaringan disamping penis membesar. Akibatnya penis anak seperti "tenggelam" dan terlihat lebih kecil. Padahal, kata Laila, mungkin saja sebetulnya tidak ada masalah dengan ukuran penis dan anak bisa disunat.
"Kalau sudah begitu biasanya anak akan diterapi terlebih dulu untuk menurunkan berat badannya. Setelah beratnya stabil dan kandungan lemaknya turun, yang ditandai perubahan bentuk tubuh menjadi seperti anak normal lainnya, maka anak bisa disunat. Pada anak laki-laki sejauh ini tidak ada masalah dengan hormon yang dihasilkan," kata Laila.
Sementara pada anak perempuan, dampak obesitas terjadi pada keseimbangan hormon tubuh. Tumpukan lemak menghambat kerja hormon kewanitaan, seperti estrogen dan progesteron, yang mengakibatkan jadwal menstruasi berantakan. Pada beberapa anak perempuan, obesitas menyebabkan menstruasi tak juga datang kendati usianya sudah mencukupi.
"Pada anak seperti ini, terapi akan menjadikan berat badan mereka ideal. Caranya bisa dengan peningkatan tinggi badan atau pengurangan cadangan lemak. Bila berat badan sudah ideal, maka keseimbangan hormon akan kembali. Akibatnya jadwal mentruasi menjadi lebih tepat waktu dan teratur," kata Laila.
Laila menyarankan, segera deteksi dan terapi obesitas pada anak perempuan. Pasalnya, obesitas pada anak perempuan berisiko menghambat keinginan memiliki keturunan saat dewasa. Banyak kasus menunjukkan, obesitas pada perempuan yang berlanjut hingga dewasa menghambat mereka untuk punya anak. Karenanya, mengobati obesitas menjadi salah satu cara mengatasi hambatan tersebut.
Berkaca dari dampak negatif akibat obesitas ini, Laila menyarankan orangtua sedini mungkin menjaga pola makan buah hatinya. Bila sudah mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI), maka anak sebaiknya sesegera mungkin mengenal dan terbiasa mengonsumsi buah serta sayur. Selain itu, orangtua juga harus mencegah anak dari kecanduan segala asupan tinggi gula, garam, dan lemak yang berisiko menyebabkan obesitas.
No comments:
Post a Comment